Bandar Lampung, berita-public.com – Komisi IV DPRD Kota Bandar Lampung turun langsung menelusuri kasus viral siswi SMP Negeri 13, Gina Dwi Sartika, yang disebut mengalami bullying karena kondisi ekonomi.
Ketua Komisi IV DPRD Bandar Lampung, Asroni Paslah, mengatakan kunjungan tersebut dilakukan sebagai bentuk kepedulian sekaligus klarifikasi atas kabar yang sempat ramai di publik dan media sosial.
Menurut Asroni, hasil klarifikasi bersama pihak sekolah menunjukkan bahwa kepindahan Gina bukan karena dikeluarkan, melainkan atas permintaan orang tuanya sendiri.
“Berdasarkan surat permohonan pindah yang kami terima, orang tua Gina datang langsung ke sekolah pada Februari 2024 untuk mengajukan perpindahan. Alasannya karena anak ingin melanjutkan pendidikan di pondok pesantren,” ujar Asroni pada Kamis, (23/10/2025).
Ia menegaskan, pihak sekolah sempat berusaha agar Gina tetap bersekolah di SMPN 13, namun keputusan keluarga tetap dihormati karena keinginan Gina sendiri untuk memperdalam ilmu agama.
“Jadi jelas, tidak ada pemecatan, apalagi karena faktor ekonomi,” kata Asroni.
Asroni berharap klarifikasi ini dapat meluruskan informasi yang simpang siur di masyarakat, sekaligus menjadi pembelajaran agar publik lebih berhati-hati menanggapi isu di media sosial.
Sementara itu, Kepala SMPN 13 Bandar Lampung, Amaroh, mengaku lega setelah fakta sebenarnya disampaikan secara terbuka bersama DPRD dan awak media.
“Dari awal kami sudah ingin menjelaskan, tapi tidak tahu harus ke mana. Alhamdulillah, hari ini semuanya sudah jelas. Kami tidak pernah mengeluarkan Gina, bahkan sempat berupaya agar dia tetap bersekolah di sini,” ujar Amaroh.
Ia juga mengimbau masyarakat agar tidak mudah menyimpulkan sesuatu dari potongan informasi di media sosial, karena dapat merugikan pihak lain.
“Kami mohon masyarakat bijak. Kami masih punya lebih dari 900 siswa lain yang harus kami layani, jadi fokus kami tetap pada pendidikan,” katanya.
Asroni menambahkan, DPRD akan mendorong sekolah-sekolah di Bandar Lampung memperkuat program anti-bullying dan literasi digital bagi siswa, guru, serta orang tua.
“Kasus Gina harus menjadi pelajaran bersama. Sekolah harus lebih terbuka dalam komunikasi, dan masyarakat juga harus lebih cermat agar tidak mudah termakan informasi yang belum jelas,” ujarnya. (*)