BANDAR LAMPUNG

Program Makanan Bergizi Gratis Jadi Momok di Bandar Lampung

×

Program Makanan Bergizi Gratis Jadi Momok di Bandar Lampung

Sebarkan artikel ini
Foto : Ilustrasi

Bandar Lampung, berita-public.com – Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang awalnya diharapkan membuat anak sekolah sehat, kini justru menjadi momok bagi orang tua di Bandar Lampung. Pasca kasus keracunan massal beberapa minggu lalu, kekhawatiran kini dirasakan sebagian orang tua siswa.

Efendi, warga Kelurahan Kalibalau Kencana, Kecamatan Kedamaian, salah satu orang tua siswa SMPN 31 yang menjadi korban, mengaku trauma. Dia bercerita anak laki-lakinya mendadak sakit perut ketika pulang sekolah usai menyantap MBG.

“Ya kemarin itu kan anak saya pas pulang sekolah, sekitar jam 3, mengeluh sakit perut dan mual. Saya pikir mungkin masuk angin, terus dikerokin sama emaknya. Tapi kok makin parah, nggak lama ada kabar anak lain juga kena,” kata Efendi, Jumat (19/9/2025).

Kekhawatiran Efendi bertambah ketika ia mendengar kabar ada orang tua siswa lain yang ikut keracunan setelah mencicipi makanan MBG yang dibawa anaknya pulang.

“Jelas khawatir banget sama program MBG ini. Saya nggak nyaranin anak saya makan MBG lagi, mending dibekelin dari rumah,” ujarnya.

Bahkan, Efendi dan beberapa orang tua lainnya sepakat anak mereka tidak lagi ikut makan MBG jika program itu dibuka kembali.

“Ya karena kejadian kemarin itu, kami takut terjadi apa-apa sama anak kami,” tegas Efendi. Ia menambahkan bahwa keselamatan anak harus menjadi prioritas utama pemerintah.

“Intinya kalau buka lagi Allahualam kalau anak saya mau diizinan. Takutlah. Kecuali dapurnya diganti jangan yang udah buat keracunan. Pemerintah harus mastiin menu makanan, bahan baku, sama dapurnya aman, jangan cuma pengen programnya jalan doang,” ujar Efendi.

Kasus keracunan terjadi pada 29 Agustus 2025, melibatkan 247 siswa di SDN 2 Sukabumi, SMPN 31, dan satu SD di Campang Raya. Gejala yang muncul mulai dari mual, muntah, hingga pusing, dan sebanyak 12 anak harus dirawat di puskesmas maupun rumah sakit.

Dinas Pendidikan mengakui bahwa pengawasan terhadap penyelenggara MBG, SPPG, selama ini lemah. Kepala Bidang Pendidikan Dasar, Mulyadi Syukri, menyebut koordinasi dengan penyelenggara bahkan hampir tidak berjalan.

“Terkait dengan ini, memang sebelumnya koordinasi kita dengan SPPG sangat lemah sekali. Tetapi setelah kejadian itu kita sudah berkoordinasi, semua sudah kita koordinasikan,” kata Mulyadi.

Sebagai langkah antisipasi, Disdik membentuk satgas pengawas di sekolah.
“Nanti sebelum makanan itu sampai atau dikonsumsi anak-anak akan dicicipi dulu oleh satgas yang terdiri dari guru,” jelasnya.

Dari sisi kesehatan, hasil pemeriksaan Dinas Kesehatan menemukan adanya bakteri Escherichia coli dalam air yang dipakai dapur penyedia MBG. Kepala Dinkes Bandar Lampung, Muhtadi Arsyad Temenggung, mengatakan sumber bakteri diduga karena jarak sumur dengan septic tank terlalu dekat.

“Kalau kedalaman sumur bor itu 30 meter, seharusnya sudah bebas dari bakteri,” kata Muhtadi.

Menurutnya, E. coli tahan panas sehingga tetap aktif meski makanan sudah dimasak.
“Masa inkubasinya cukup lama, sekitar 12 jam. Jadi misalnya makan siang, baru besoknya muncul gejala mual,” jelasnya.

Kasus keracunan MBG ini akhirnya membuat banyak orang tua kehilangan kepercayaan. Program yang awalnya diharapkan membuat anak sehat dan cerdas, kini justru menimbulkan rasa takut. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini